Di rumah kita ini, satu-satunya cara berkomunikasi dengan sesama penghuninya adalah menulis. Entah memposting artikel atau sekedar berkomentar atau juga me-rating. Kemarin aku membaca lagi pesan di tembok dari Mbak Nienayu. Sehari sebelumnya, Nymph juga mengutarakan hal yang sama.
Mari bayangkan rumah kita ini sebuah rumah gadang besar dengan berbagai penghuni di dalamnya. Ada tiga bersaudara nenek riwil bin cerewet berjuluk The Moderators. Ada single parent suaminya_ina (istrinya kemana yak? *joke om 😀 ) yang suka ingatkan delapan anaknya. Yang paling kecil si fraulen kyu dan kembarannya Eir serta anak lakinya si nausseaX yang habis berbulan madu dengan anak tetangga sebelah bernama mawarisa84. Sosok paling menghibur adalah si paman gembul yang cantik duduk di samping pak sopir.
Si kembar Kyu dan Eir ini kalau menulis cerpen benar-benar si cabe rawit rasanya kalau dibaca. Langkah ini diturunkan oleh sang kakak, Eir, yang lahir berbeda hari. Ending cerpen Eir, begitu menyengat pada endingnya. Anak kedua Aiu Rengganiz tipikal si pelit bicara. Sebaris/dua baris kalimat yang meluncur bagai titah ratu yang akan kita amini. Ngai anak ketiga, suka merapal mantera singkat namun menancap di hati. Inovasinya menggabungkan puisi dan gambar sungguh indah gaungnya. Anak keempat adalah si imut capella yang menulis bak pena Dewi Cinta. Yuken Kolmi Intan sebagai anak kelima, tak pernah lelah menggoreskan coretan-coretan tentang mesin cuci, opini kulit keriput, cerpen. Apapun akan dituliskan akibat pengaruh semua penghuni rumah. Penikmat Senja adalah nama anak keenam yang memiliki sifat kebalikan dengan kakak yang lain. Senang mengembangkan topik sederhana menjadi kian melebar.
Kiranya, rumah itu tidak sesepi yang dikira. Para tamu juga berdatangan. Rela mampir dan melongok ke dalamnya. Ingin tahu dan berkomentar .
Ada yang komentar wajah gambar tulisan sama seperti dirinya.
Ada yang komentar tetang mesin tiknya, padahal inti tulisannya toleransi kesalahan.
Ada juga yang komen melenceng banget dari topiknya.
Ada yang komentar satu kata berjuta makna.
Ada yang komentar sepanjang laut mati, tapi justru ditunggu-tunggu dan menghibur.
Rumah itu juga dihuni oleh para hantu. The Silent Readers. Jumlahnya konon mencapai ribuan orang per hari. Mereka belum berani bicara namun selalu ingin tahu. Selalu membaca.
Membagi pengetahuan itu tidak memandang usia, jenis kelamin, suka atau tidak suka. Membuat orang lain tersenyum dengan hasil karya saja sudah merupakan ibadah.
Jadi, yuk kita hangatkan lagi rumah kita. Hanya kita yang bisa membuat itu terjadi. Kita. Curhatlah. Berpuisilah. Meluculah. Galaulah. Rindukanlah. Bahkan postingan gaje pun akan kudengar. Seluruh semesta di langit pun akan membaca. Dan bila engkau lapar, akan kusediakan miayam yang juga pandai merusuh mengusir keheningan rumah kita.
I Luv Ngerumpi becoz ngerumpi is…….. ceriwizzzzz sekaleeeee (dengan segala kerepotan dan kerumitan sejak “renovasi” sistim 😀 😀 😀 ).
PS: Klik link untuk melihat karya mereka.
(Gambar dari sini)